Rabu, 10 Agustus 2011

Pong Mulatau (Manusia Pertama)


Pada artikel sebelumnya yaitu “Kisah Langit dan Bumi Kembar Tiga” sudah di uraikan mengenai percampuran antara kosmogoni, teogoni dan genealogi manusia, bahkan seluruh realitas, sesudah pencitaan pertama dari puputan kembar, mahluk-mahluk yang berbetuk manusia masih langka. Puang Matua lalu pergi lagi mengambil Emas murni ke sebelah Barat untuk penciptaan berikutnya. Dari penciptaan ini muncullah enam Mahluk berbentuk manusia : Pande Manarang, Pande Paliuk, Pande Paita, Pande Patanga’ Pande Nunu, dan Kambunolangi’.
Kambunolangi’ menikah dengan Kundailangi’. Di sinilah pertemuan antara penciptaan pertama dengan kedua. Dari pernikahan ini lahirlah Puang Sambiralangi’ yang menikah dengan Bintoentasak dan anak laki-lakinya Puang Buralangi’ menikahi Kembong Bura. Puang Buralangi’ meludah ke Bumi dan melihat bayangannya sendiri. Hal ini menimbulkan rasa ingin tahu padanya; ia ingin mencari gambarnya itu di bumi.
Kemudian turunlah Puang Buralangi’ bersama Kembong Bura ke bumi melalui tangga langit dan tiba di Rura. Mereka mendapat seorang anak laki-laki, Pong Mulatau, artinya manusia pertama yang lahir di Bumi. Pong Mulatau menikah dengan Sandabilik (Mahluk mistis yang muncul dari telaga yang dalam). Mereka melahirkan dua anak laki-laki, Londong Dirura dan Landong Dilangi’. Londong Dilangi’ menikah dengan Tumba’ Ranggatana dan mereka mendapat Puangrilembang yang menikah dengan Sallomasak. Mereka mendapatkan dua anak laki-laki dan seorang anak perempuan: Tosawitto, Puang Ribarang, dan Embongriliku. Puang Ribarang dan Selengpadang menikah, mereka mendapatkan seorang anak laki-laki, Puang Pandailang. Embongriliku menikah dengan Puang Rimalino dan dari pernikahan ini lahir Kidingbubun. Pandailang menikahi Kidingbubun, sepupuhnya. Mereka mendapatkan seorang anak laki-laki, yang bernama Puangritabang, yang menikah dengan Rampanbubuk. Mereka ini mendapatkan dua anak laki-laki, Puangrisu’pi’ dan Puangribuntu. Puangrisu’pi’ menikah dengan Datu Baine dan mereka mendapatkan Buemanik. Puangribuntu menikah dengan Dakka Manurun, dan lahirlah Tandilino’. Tandilino’ menikah dengan sepupuhnya Buaemanik dan mendapatkan delapan Anak, enam laki-laki dan dua anak perempuan. Pabane’ pergi ke Kesu’, Lanna pergi ke Mangkaranga, Parange’ pergi ke Buntao’, Pataba’ pergi ke Pantilang, Sirrang pergi ke Dangle, Panimangan ke Bangkele, kedua anak perempuan masing-masing Bonggalangi’na ke Mamasa, dan Bue ke Duri. Tandilino mendirikan Tongkonan Banua Puan (Tongkonan Pertama di Toraja) di Marinding dan dari sana Keturunannya menyebar keseluruh penjuru Toraja.
Dari genealogi ini kita dapat melihat bahwa sejak Datu Laukku’, yang di ciptakan dari emas murni dan keluar dari puputan kembar, sampai Puang Buralangi’ dan Kembongbura, semuanya lahir di Langit sebagai mahluk-mahluk di Langit. Pong Mulatau, manusia pertama di Bumi tetapi dari mahluk dari Langit, menikah dengan Sandabilik, seorang Wanita yang muncul dari air telaga yang dalam. Jadi, disini terjadi peralihan dari yang “Illahi” ke yang manusiawi. Langit telah menjadi Bumi atau paling sedikit semua yang dari langit asalnya menjadi Duniawi. Hal ini sangat penting bagi pemahaman tentang ritus-ritus dan teristimewa tentang falsafah hidup.
Aluk Sandapiatunna yaitu Aluk yang lengkap, memang sudah ada di langit; Aluk itu mengatur perilaku seluruh ciptaan menyangkut hubungan antara sesama mahluk dan dengan para Dewa. Aluk Sandapitunna ini di bawah oleh Pong Pakulando turun dari langit (Budak di langit yang memikul Aluk Sandapitunna dari Langit turun ke Bumi untuk Puang Buralangi’) untuk mengatur kehidupan di Bumi, tetapi karena seluruhnya terlalu berat baginya, maka ia hanya sanggup membawa sejumlah 7777 Aluk dalam versi lain hanya 777.

Tidak ada komentar: