Senin, 22 Agustus 2011

Adat Dan Kebudayaan

Modernisme dalam arsitektur selalu menunjuk pada hal-hal yang bersifat konkrit, profan dan konsep yang jelas. Sebaliknya tradisional seperti arsitektur tradisional menunjuk pada hal-hal yang bersifat abstrak, spiritual dan bahkan konsep religius atau “way of thinking”. Toraja, sebuah kelompok etnik yang tinggal disebelah utara propinsi Sulawesi Selatan, mempunyai bentuk arsitektur tradisional yang unik dan indah, yang merupakan ekspresi dari “Aluk Todolo”, agama dan “way of life” nya. Pemikiran kosmologi dan “Aluk Todolo” diekspresikan dalam arsitektur Toraja, baik dalam tata letak (site plan), orientasi, konstruksi, material bangunan, detail, ornamen dan aspek-aspek arsitektur lainnya.
Adat dan Kebudayaan Toraja
Masyarakat Toraja saat ini, sekitar 66% beragama Kristen, 12% Roma Katolik, sekitar 7% Muslim, hanya 16% masih memeluk agamaadat disebut Aluk Todolo. Namun demikian, secara bersamaan masih banyak anggota masyarakatnya melaksanakan adat-kepercayaan Aluk Tomatua upacara ritual bagian dari Aluk Todolo. Dalam kehidupan sehari-hari adat tersebut antara lain terungkap dalam berbagai upacara seperti misalnya Rambu Tuka berarti suka cita atau dalam hal ini perkawinan, upacara memasuki rumah baru. Menurut adat Toraja yang paling penting adalah upacara Rambu Solo yaitu upacara pemakaman. Aluk Todolo kepercayaan dianut oleh  masyarakat Toraja artinya adalah agama/Aturan dari leluhur (aluk = agama/aturan, todolo = nenek moyang)8. Aluk Todolo menurut penganutnya diturunkan oleh Puang Matua atau  Sang Pencipta mulanya pada le-luhur pertama Datu La Ukku' yang kemudian menurunkan ajarannya kepada anak cucunya. Oleh karena itu menurut kepercayaan ini, manusia harus menyembah, memuja dan me-muliakan Puang Matua atau Sang Pencipta diwujudkan dalam berbagai bentuk sikap hidup dan ungkapan ritual antara lain berupa sajian, persembahan maupun upacara-upacara. Se-telah Puang Matua menurunkan Aluk kepada Datu La Ukku sebagai manusia pertama, ke-mudian memberikan kekuasaan kepada para Deata atau Dewa untuk menjaga dan me-melihara manusia. Oleh karena itu Deata di-sebut pula sebagai Pemelihara yang  menurut Aluk Todolo tidak tunggal tetapi di golongan menjadi tiga yaitu: Deata Langi' (Sang Pe-melihara Langit menguasai seluruh isi langit dan cakrawala), Deata Kapadanganna (Sang Pemelihara Bumi, menguasai semua yang ada di bumi) dan Deata Tangngana Padang (Sang Pemelihara Tanah, menguasai isi bumi). Masing-masing golongan terdiri dari beberapa Deata yang menguasai bagian-bagian tertentu misalnya gunung, sungai, hutan dan lain-lain.
Selain kepada Deata dengan kekuasa-an masingmasing Puang Mattua atau Sang Penguasa juga memberikan kepercayaan kepada To Membali Puang atau Todolo (Leluhur) yang juga diwajibkan dipuja dan disembah karena merekalah yang memberi berkah kepada para keturunannya. Pemujaan kepada ketiga unsur yang masing-masing berupa kelompok Deata tersebut, oleh masyarakat penganut Aluk Todolo diungkapkan dalam bentuk upacara-upacara ritual dengan berbagai sajian, persembahan atau korban. Persembahan ini bermacam-macam bentuk, tempat dan arahnya disesuai-kan dengan ketiga unsur tersebut di atas. Kepada Para Deata atau Pemelihara, dipersembahkan babi atau ayam dengan mengambil tempat di sebelah timur rumah/ Tongkonan dan untuk Tomembali Puang/Todolo atau Leluhur sebagai pengawas manusia dipersembahkan babi atau ayam di sebelah barat Tongkonan atau di tempat kuburan.
Adanya kepercayaan terhadap para Dewa tersebut terkait dengan pandangan masyarakat Toraja terhadap tata-ruang jagad raya atau makrokosmos yang dipandang terdiri dari tiga unsur yaitu: langi' (sorga), lino atau padang berarti bumi dan Deata to Kengkok atau Puang to Kebali'bi' (Dewa Berekor) artinya bagian di bawah bumi.
 












Skema kedudukan tiga unsur yang dipuja dalam Aluk Todolo, menurut Tangdilintin.
Legenda:
----------- Garis proses yang dilalui dengan upacara persembahan dengan pemujaan dari permulaan sampai tertinggi15
_______ Garis Proses langsung dengan upacara kurban persembahan kepada yang mula-mula di-hajatkan.
Menurut Tangdilintin, skema kosmologi dari masyarakat Toraja digambarkan: Puang Matua (Sang Pencipta) di Utara/atas/langit tiga kelompok Deata berada di Timur, Tomembali Puang/Todolo di Barat dan bumi tempat kehidupan manusia di bawah. Jowa Imre Kis-Jovak peneliti dari Belanda, membuat intepretasi kosmologi dari Aluk Todolo dengan gambaran terlihat dalam gambar 3. Ulluna Langi digolongkan ke dalam dunia atas, berada di titik Zenith atau puncak dari bola langit. Permukaan bumi dipandang sebagai Dunia Tengah atau dalam bahasa Toraja disebut Lino sering pula disebut Padang, terletak pada bidang potong tengah bola langi' yang berarti langit. Dalam hal ini langit diartikan udara atau Puya tempat tinggal jiwa. Di dunia tengah inilah terdapat kehidupan manusia termasuk di dalamnya tongkonan. Menurut interpretasi Kis Jovak dari hasil penelitian antropologisnya, dunia tengah dalam hal ini terletak di sebelah timur Gunung Bamba Puang dan pohon-pohon palem sebagai pintu keluar-masuk para Dewa di sebelah barat. Dunia Bawah terdiri dari Pong Tulak Padang dan roh-roh dalam tanah mendukung dunia tengah rumah dan kediaman manusia di muka bumi. Menurut Kis-Jovak, di luar sistem bola langit di sebelah barat terdapat Pongko', yang dalam mitos merupakan asal orang Toraja, dibatasi oleh tasik atau laut dengan ketiga bagian  dunia tersebut di atas. Cakrawala adalah keseluruhan sebagai pembungkus dunia tengah dipandang sebagai palullungan yang artinya atap. Dunia bawah dipikul oleh Tulakpadang artinya Ia yang memikul bumi dengan kepala dan pohon-pohon palem di tangannya. Ia menjaga keseimbangan dan bermukim 12 tingkat di bawah bumi. Meski-pun demikian, kadangkadang terjadi ketidak seimbangan karena Indo' Ongan-ongan istrinya yang suka bertengkar, mengganggu hingga terjadi gempa bumi. Dunia bawah dapat dicapai melalui lobang-lobang belahan dan jurang-jurang. "Rongga-rongga" dalam perut bumi ini merupakan suatu ciptaan yang luar biasa, mengagumkan dan ditakuti manusia.














Pandangan kosmologi atau jagad raya masyarakat Toraja  berdasarkan analisis Kis-Jovak dan kawan-kawan.
Legenda:
a. Pangko'. b. Tasik (laut). c. Gunung Bamba Puang. d. Puya (Tanah dari semua yang berjiwa). e. Padang/lino Dunia Tengah/dunia manusia. f. Langi. g. Dunia Bawah. h. Pong Tulak Padang. i. Roh di dalam bumi. j. Puang Matua di Zenith atau Ulunna Langi. k. Tongkonan. Sungai Sa'dang dipandang oleh masyarakat Toraja mengalir dari utara ke selatan melintas Tana Toraja, kemudian berbelok ke arah barat.Hal ini menunjukkan bahwa arah air yang kebetulan dari utara ke selatan (tepatnya dari utara-timur ke arah selatan-barat) menjadi arah penting dalam orientasi kehidupan. Hal tersebut dapat dianalisis menurut logika bahwa air menjadi sumber kehidupan mengalir dari daa atau utara ke arah lao' atau selatan merupakan unsur utama dalam menanam padi selain pula sangat vital dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber : Yulianto Sumalyo
Staf Pengajar Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur
Universitas Hasanuddin
Makasar

Tidak ada komentar: