Toraja adalah salah satu suku bangsa tua di Indonesia, jika merunut sejarah kebelakang maka terlihat bahwa suku bangsa Toraja termasuk suku bangsa yang lebih dulu masuk di Indonesia dari Dataran Tinggi Yunan lalu merangsek ke dalam hingga menetap di pegunungan di Sulawesi dan kemudian membentuk suku yang bernama Toraja.
Menanggapi realita yang ada sekarang ini, sering kali saya menemukan beberapa teman-teman saya yang notabene lahir dan besar di Toraja yang tidak Percaya diri/tidak bangga dengan ketorajaan yang mereka miliki atau malu disebut sebagai orang Toraja.
Sangmane…Rendeng…kaboro’….saya sendiri jadi emosi jika ada orang Toraja yang tidak bangga dengan keTorajaannya. Saya katakan, “TONDOK KADADIAN” ini amat pantas dibanggakan!!! Terlepas dari berbagai kekurangan yang harus dibenahi menyangkut adat gengsi-gengsian yang tidak masuk akal dan kontraproduktif, bagaimanapun … TORAJA tetap negeri yang tak tertandingi.
Ada beberapa kasus yang saya temukan, ada beberapa orang Toraja yang selalu mengaku sebagai orang Makassar atau Sulawesi. Ya memang Toraja berada di Sulawesi, namun ada baiknya kalau mengungkapkannya lebih spesifik. Lagipula kenapa tidak mau mengaku sebagai Orang Toraja? Apa salahnya menjadi orang Toraja ? Mengenai Orang Toraja yang (katanya) suka bermain sabung ayam dan berjudi, menurut saya perilaku "menyimpang" tersebut bukanlah merupakan warisan tradisi namun lebih kepada keinginan individual yang lebih mengarahkan minatnya (sebut saja demikian) ke hal tersebut. Tapi saya pun merasa bahwa bukan hanya di Toraja tapi hampir di seluruh wilayah negeri ini pun mengenal sabung ayam dan berjudi, dan sangat naif ketika hanya dengan alasan itu segelintir orang langsung mengidentikkannya dengan ke-Toraja-an dan membuat banyak orang yang enggan menyebutkan jati dirinya sebagai orang Toraja.
Ada suatu artikel di milis Batak Toba yang menurut saya sangat menarik, mereka selalu bangga dengan ke-batak-an yang mereka miliki bahkan ada slogan seperti ini : Apabila Anda Batak, katakanlah pada anak Anda bahwa ia juga Batak…wow suatu kebanggaan yang luar biasa. Lain halnya dengan ada beberapa orang Toraja yang bersembunyi dengan nama Sulawesi atau Makassar. Hahahaha.... Orang Palu bilang “Babuta Jo ngana Kong Ba ilang”.
Mau bersembunyi bagaimana ?? asalkan masih memiliki marga, sudah pasti ketahuan bahwa Ia adalah seorang Toraja, misalnya dari marga Rantekanan, Rantelinggi, Limbong, Tandiassang, Tandi, Tandilintin, Samma, Paonganan, Payung, Topayung, Parapak, Palimbong, dan lain lain. juga nama pria dan wanita yang umum digunakan di Toraja seperti Tato, Sampe, Makku, Lute’, Bira’, Dalle’, Tappi’ dan lain-lain.
Sangat lucu, Kalau dipikirkan bahwa orang barat/bule saja di negaranya ada yang ingin sekali ke Toraja bahkan ada yang cinta mati atau tergila-gila pada budaya Toraja sementara ada beberapa orang yang malu menyebut dirinya sebagai orang Toraja. “Kawan…lihat sekelilingmu, bukankah itu suatu keajaiban bagimu? “
Untungnya Tana Toraja mempunyai banyak tempat wisata eksotik dengan tradisi yang sangat unik serta keanekaragaman materi budaya yang menarik, misalnya saja rumah adat Tongkonan yang begitu mempesona dengan ukiran yang sangat indah dipandang mata dan ini membuat nama Toraja di mata Dunia tetap eksis hingga saat ini.Jika tidak ada apa-apa dari Toraja yang bisa dibanggakan atau dikenal maka pastilah dijamin Toraja bisa hilang dari peredaran informasi karena ada begitu banyak saudara-saudaraku dari Toraja yang enggan mengaku bahwa mereka adalah orang Toraja.
Selain itu, Toraja juga dikenal sebagai basis umat Kristen yang besar di Sulawesi selain Minahasa tentunya, namun untuk wilayah Sulawesi Selatan maka Toraja adalah terbesar ditambah dengan sedikit dari Toraja / Bugis Mamasa dan Toraja / Bugis Palopo. Namun dengan agama kristen sebagai agama mayoritas tidak lantas membuat Toraja meremehkan agama lain karena kebebasan beragama dan menjalankan ibadah pun tetap berlaku di sana. Hal ini menandakan bahwa Toraja adalah negeri yang patut menjadi kebanggaan bagi dirinya dan suku lain, yang mampu menerima perbedaan tanpa perlu menjadikannya sebagai alasan untuk saling memusuhi. Karena agama boleh berbeda tapi kita tetap satu Tongkonan. Lalu, adakah alasan untuk kita menjadi malu dengan identitas kita sebagai orang Toraja ? (Maaf jika ada kawan-kawan yang tidak setuju dengan artikel ini.)
Menanggapi realita yang ada sekarang ini, sering kali saya menemukan beberapa teman-teman saya yang notabene lahir dan besar di Toraja yang tidak Percaya diri/tidak bangga dengan ketorajaan yang mereka miliki atau malu disebut sebagai orang Toraja.
Sangmane…Rendeng…kaboro’….saya sendiri jadi emosi jika ada orang Toraja yang tidak bangga dengan keTorajaannya. Saya katakan, “TONDOK KADADIAN” ini amat pantas dibanggakan!!! Terlepas dari berbagai kekurangan yang harus dibenahi menyangkut adat gengsi-gengsian yang tidak masuk akal dan kontraproduktif, bagaimanapun … TORAJA tetap negeri yang tak tertandingi.
Ada beberapa kasus yang saya temukan, ada beberapa orang Toraja yang selalu mengaku sebagai orang Makassar atau Sulawesi. Ya memang Toraja berada di Sulawesi, namun ada baiknya kalau mengungkapkannya lebih spesifik. Lagipula kenapa tidak mau mengaku sebagai Orang Toraja? Apa salahnya menjadi orang Toraja ? Mengenai Orang Toraja yang (katanya) suka bermain sabung ayam dan berjudi, menurut saya perilaku "menyimpang" tersebut bukanlah merupakan warisan tradisi namun lebih kepada keinginan individual yang lebih mengarahkan minatnya (sebut saja demikian) ke hal tersebut. Tapi saya pun merasa bahwa bukan hanya di Toraja tapi hampir di seluruh wilayah negeri ini pun mengenal sabung ayam dan berjudi, dan sangat naif ketika hanya dengan alasan itu segelintir orang langsung mengidentikkannya dengan ke-Toraja-an dan membuat banyak orang yang enggan menyebutkan jati dirinya sebagai orang Toraja.
Ada suatu artikel di milis Batak Toba yang menurut saya sangat menarik, mereka selalu bangga dengan ke-batak-an yang mereka miliki bahkan ada slogan seperti ini : Apabila Anda Batak, katakanlah pada anak Anda bahwa ia juga Batak…wow suatu kebanggaan yang luar biasa. Lain halnya dengan ada beberapa orang Toraja yang bersembunyi dengan nama Sulawesi atau Makassar. Hahahaha.... Orang Palu bilang “Babuta Jo ngana Kong Ba ilang”.
Mau bersembunyi bagaimana ?? asalkan masih memiliki marga, sudah pasti ketahuan bahwa Ia adalah seorang Toraja, misalnya dari marga Rantekanan, Rantelinggi, Limbong, Tandiassang, Tandi, Tandilintin, Samma, Paonganan, Payung, Topayung, Parapak, Palimbong, dan lain lain. juga nama pria dan wanita yang umum digunakan di Toraja seperti Tato, Sampe, Makku, Lute’, Bira’, Dalle’, Tappi’ dan lain-lain.
Sangat lucu, Kalau dipikirkan bahwa orang barat/bule saja di negaranya ada yang ingin sekali ke Toraja bahkan ada yang cinta mati atau tergila-gila pada budaya Toraja sementara ada beberapa orang yang malu menyebut dirinya sebagai orang Toraja. “Kawan…lihat sekelilingmu, bukankah itu suatu keajaiban bagimu? “
Untungnya Tana Toraja mempunyai banyak tempat wisata eksotik dengan tradisi yang sangat unik serta keanekaragaman materi budaya yang menarik, misalnya saja rumah adat Tongkonan yang begitu mempesona dengan ukiran yang sangat indah dipandang mata dan ini membuat nama Toraja di mata Dunia tetap eksis hingga saat ini.Jika tidak ada apa-apa dari Toraja yang bisa dibanggakan atau dikenal maka pastilah dijamin Toraja bisa hilang dari peredaran informasi karena ada begitu banyak saudara-saudaraku dari Toraja yang enggan mengaku bahwa mereka adalah orang Toraja.
Selain itu, Toraja juga dikenal sebagai basis umat Kristen yang besar di Sulawesi selain Minahasa tentunya, namun untuk wilayah Sulawesi Selatan maka Toraja adalah terbesar ditambah dengan sedikit dari Toraja / Bugis Mamasa dan Toraja / Bugis Palopo. Namun dengan agama kristen sebagai agama mayoritas tidak lantas membuat Toraja meremehkan agama lain karena kebebasan beragama dan menjalankan ibadah pun tetap berlaku di sana. Hal ini menandakan bahwa Toraja adalah negeri yang patut menjadi kebanggaan bagi dirinya dan suku lain, yang mampu menerima perbedaan tanpa perlu menjadikannya sebagai alasan untuk saling memusuhi. Karena agama boleh berbeda tapi kita tetap satu Tongkonan. Lalu, adakah alasan untuk kita menjadi malu dengan identitas kita sebagai orang Toraja ? (Maaf jika ada kawan-kawan yang tidak setuju dengan artikel ini.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar