Senin, 04 April 2011

Ulelean Parena Toraya

Judul: Ulelean Parena Toraya.
Penulis : Pdt. Junus Bunga Lebang.
Tahun : 2006
Penerbit : PT Siayoka, Rantepao – Tana Toraja.

Ulelan Parena Toraya adalah sebuah kumpulan 52 cerita rakyat Toraja yang telah lama beredar dalam masyarakat Toraja secara lisan selama ratusan tahun. Cerita yang sarat dengan nilai-nilai moral ini di ceritakan oleh orang tua atau nenek kepada anak-cucunya secara turun temurun pada malam hari, biasanya menjelang tidur. Dalam konteks masyarakat tradisional Toraja yang umumnya adalah petani, para orang tua mempunyai lebih banyak kesempatan untuk bercerita atau berkomunikasi secara santai dengan anak-anak mereka ketika padi sedang tumbuh di sawah. Sebab itu dalam bahasa Toraja cerita-cerita ini lebih dikenal dengan julukan “Ulelean Pare” (Ulelean=cerita; Pare=padi).Cerita-cerita ini menjadi salah satu pengisi waktu senggang para keluarga petani yang ternyata membangun keakraban antara orang tua dengan anak dan sekaligus menjadi sarana pembinaan keluarga dengan nilai-nilai agama dan moral yang dianggap perlu diwariskan kepada anak-cucu.
Dalam buku ini, Pdt. Junus Bunga Lebang (79),seorang Pendeta dan budayawan Toraja menceritakan kembali 52 cerita rakyat Toraja. Sebagai anak dari masanya,ia bertumbuh dengan cerita-cerita ini, melalui mana ia banyak mempelajari adat-istiadat,nilai-nilai moral maupun pengenalan sejarah orang Toraja. Sebagaimana tradisi lisan yang beredar di Tana Toraja, tentu banyak versi dan variasi dari cerita – cerita rakyat semacam ini. Yang ditampilkan di dalam buku ini merupakan versi yang penulis kenal. Penulis terdorong untuk menulis cerita-cerita rakyat semacam ini untuk memelihara kekayaan bahasa Toraja serta tradisi pendekatan pendidikan warisan budaya leluhur yang sangat berharga, namun semakin jarang dilakukan karena tergeser oleh media komunikasi modern antara lain televisi.
Untuk melestarikan kekayaan bahasa Toraja, penulis menuangkan cerita ini ke dalam bahasa Toraja. Namun seperti yang diungkapkan di atas, banyak orang Toraja yang sudah kurang paham atau fasih dalam berbahasa Toraja. Oleh karena itu, berdampingan dengan bahasa Toraja, disediakan pula terjemahan yang agak bebas dalam bahasa Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar buku ini dapat dinikmati secara luas karena cerita rakyat Toraja adalah bagian budaya masyarakat Indonesia. Selain dari itu, beberapa cerita yang ada di dalam buku ini juga ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh salah seorang cucu penulis.

Resensi Oleh: Ery Hutabarat-Lebang
Sumber: http://torajacybernews.com

Tidak ada komentar: