Rabu, 06 April 2011

Dari Toraja Menuju Nirwana

Kematian adalah ketakutan yang selalu menghantui sebagian besar umat manusia. Kematian identik dengan kegelapan, kehilangan dan ketiadaan. Ada kematian selalu ada tangis dan kesedihan. Mengapa manusia harus mengalami kematian dan kemana manusia setelah kematian. Ketidakpastian selalu membayangi manusia.
Gambaran umum tersebut tidak akan kita jumpai pada masyarakat di Tana Toraja tepatnya berada di Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Toraja Utara berjarak kurang lebih 350 Km dari Kota Makassar. Kematian sebagai peristiwa besar dalam hidup seseorang yang menakjubkan. Mereka hidup di hamparan pegunungan batu yang membentang dari selatan hingga ke utara dengan suhu yang sangat dingin. Alam masih menjadi bagian integral dengan tradisi masyarakat Toraja. Tidak heran kesederhanaan menjadi ciri khas kehidupan orang Toraja. Bila melihat dari rumah adat yang menyerupai sebuah perahu itulah Tongkonan. Tongkonan yang memberikan kesan bahwa kehidupan bagi masyarakat Toraja adalah sebuah pengembaraan atau perjalanan.
Hampir di setiap tempat kita bisa menemukan banyak makam yang mempunyai daya magis. Inilah gambaran bahwa di Tana Toraja makam dan upacara pemakaman diletakkan pada suatu strata penting pada kebudayaan. Makam dapat kita jumpai dalam berbagai rupa. Ada makam berupa lubang dan dibuat pada tebing-tebing tinggi yang terjal. Salah satu tempat yang terkenal dengan makam ini adalah Desa Lemo. Lain lagi di Desa Sesean kita bisa menemukan lubang-lubang makam yang dipahat pada batu besar sehingga nampak menyerupai laci-laci. Makam ini dinamai Loko’Mata. Namun belakangan ini orang toraja lebih banyak yang menggunakan Patane sebagai makam keluarga. Patane adalah bangunan yang memiliki ruang untuk menyimpan beberapa jenasah.
Orang Toraja menyadari bahwa hidup manusia di bumi ini tidak kekal dan hanya sementara. Seperti bunga di padang layu ketika waktunya. Hilang bersama angin. Kematian mempunyai makna yang sangat dalam bagi orang toraja. Orang toraja memandang kematian adalah awal dan puncak kehidupan manusia di dunia. Segala sesuatu sesuatu bermula dari kematian. Dan semua orang akan datang menjumpai kematian.karena kematian adalah puncak dari sejarah hidup manusia maka kematian dirayakan melalui pesta yang meriah dan berhari-hari. Upacara ini disebut upacara Rambu Solo’. Tidaklah tepat bila kematian dianggap sesuatu yang menakutkan dan membuat orang meratapi kepergian seseorang. Uniknya upacara inilah yang menentukan seseorang dinyatakan telah meninggal dunia atau tidak. Tentunya sangat bertolak belakang dengan standar yang berlaku di dunia medis untuk menyatakan seseorang telah meninggal dunia atau tidak.
Rambu Solo’ merupakan acara yang begitu besar dan meriah. Banyak hewan-hewan yang harus dikurbankan pada acara tersebut. Untuk kaum bangsawan saja minimal 30 ekor kerbau wajib dikurbankan sebagai suatu kesempurnaan sebuah upacara yang sangat sakral dan sangat menentukan perjalanan mendiang ke alam puyo atau nirwana menurut keyakinan adat. Namun seiring perkembangan zaman upacara ini seringkali telah dimanipulasi sehingga kesakralan dan nilai-nilai mistis perlahan memudar. Solidaritas yang menjadi ciri khasnya tergantikan oleh pendangkalan momentum. Yang tinggal adalah sebuah pertunjukan dan hanya sebagai komoditas bagi wisatawan.
Kalau kehidupan adalah sebuah perjalanan panjang menuju keabadian maka kematian adalah batas kesadaran akan pencapaian-pencapaian manusia di dunia ini yang harus dilanjutkan hingga tujuan akhir yaitu Alam Puyo. Pada tahapan itu jasad manusia disimpan pada makam yang merupakan sebuah oase. Makam menurut orang toraja adalah inan kapelayoan, tempat seseorang yang akan menuju alam puyo beristirahat, melepaskan letih dan rasa dahaga.
Ketika kita takut dan hidup dalam kekuatiran akan kematian adalah tepat bila kita bisa berkunjung ke Tana Toraja untuk memahami arti kehidupan di balik kematian seseorang. Kematian seringkali dapat mengubah paradigma kita akan kehidupan. Kehidupan bukan sekedar air yang mengalir tapi lebih merupakan sebuah keputusan penting. Kita belajar akan hidup dari kematian.
Perjalanan ke Tana Toraja bukan hanya perjalan akan wisata alam dan budaya tetapi lebih kepada perjalanan untuk belajar hidup yang sempurna. Alam puyo adalah akhir dari sebuah perjalanan yaitu perjalanan menjadi manusia yang sempurna.

Tidak ada komentar: