Salah satu hasil budaya yang terkenal dari Toraja adalah ukiran kayu. Peninggalan budaya yang sangat tua ini menjadi andalan wisata belanja Tana Toraja. Umumnya, ukiran Toraja menggunakan medium kayu bujur sangkar berukuran 20x20 cm yang berfungsi sebagai hiasan dinding. Ukiran Toraja merupakan pahatan dua dimensi yang menyerupai relief dan diberi warna-warna yang kuat menonjolkan nuansa etnik.
Sebagai hasil budaya, tiap- tiap motif ukiran Toraja merepresentasikan suatu benda dan memiliki makna tertentu bagi kehidupan masyarakat setempat. Jika anda seorang yang percaya akan kekuatan alam, tak ada salahnya anda mengetahui makna dibalik tiap motif ukiran Toraja sebalum membelinya.
Motif ukiran Toraja pertama bernama Ne'Limbongan. Bentuk dasarnya adalah lingkaran yang dibatasi bujur sangkar. Motif ini menggambarkan keempat arah mata angin utama yang dipercaya sebagai sumber rejeki. Ne'Limbongan juga dipercaya sebagai pencipta ukiran Toraja. Motif kedua bernama Pa'Barre Allo, dari kata "barre" yang berarti bundaran dan "allo" yang berarti matahari. Bentuknya utamanya adalah empat lingkaran di dalam bujur sangkar. Ukiran yang melambangkan kebesaran Toraja ini banyak ditemui di pucuk rumah-rumah adat Toraja.
Ada pula Pa'Kapuk Baka. Bentuk utamanya adalah 4 lingkaran yang saling berpotongan dan tersimpul dengan rumit. Dahulu ukiran ini dipakai sebagai tanda tempat penyimpanan harta. Simpul motif yang rumit dimaknai sebagai kesatuan keluarga yang tidak boleh tercerai berai demi kemakmuran. Terlihat seperti gambar bunga, Pa'Tangkik Pantung I mengambil motif paku yang dipakai untuk memancang bambu. Ukiran motif ini merupakan lambang kebesaran para bangsawan. Motif bernama Pa'Tangkik Pantung II terdiri dari 4 lingkaran yang membentuk 2 angka 8. Motif ini mengandung pesan pentingnya persatuan.
Motif Pa'Kadang Pao berbentuk arsiran garis yang saling berhubungan. Selain melambangkan kerja sama, garis-garis lurusnya menggambarkan kejujuran dalam mencari rejeki. Pa' Sulan Sangbua terdiri dari garis-garis simetris saling bersilangan yang menggambarkan lipatan daun sirih. Motif ini melambangkan keanggunan di kalangan bangsawan. Berikutnya adalah motif bernama Pa'Bulu Landong. Motif ini berbentuk rangkaian garis melengkung yang dimaknai sebagai bulu ayam jantan (Landong=Ayam jantan). Motif ini melambangkan kejantanan, keperkasaan, dan kebijaksanaan.
Sesuai dengan namanya yang berarti kerbau, motif Pa'Tedong menggambarkan kepala kerbau. Karena pentingnya kerbau dalam kehidupan masyarakat Toraja, motif ini dipercaya sebagai lambang kemakmuran. Motif Pa'Tanduk Re'pe bergambar garis-garis melengkung sejajar yang juga merepresentasikan kerbau. Karena menggambarkan tanduk, motif ini bermakna perjuangan hidup yang keras demi kesejahteraan dan status sosial. Seperti namanya, Pa'bunga berbentuk bunga yang melambangkan nama baik seseorang di masyarakat.
Motif-motif dengan gambar yang lebih realistis juga muncul dalam perkembangan seni ukir di Tana Toraja. Penamaan motif-motif tersebut mengikuti bentuk binatang yang tergambar. Motif "Korong" yang berarti burung bangau melambangkan perlunya kerja sama dan hidup bermasyarakat. Ukiran "Kotte" yang berarti itik melambangkan peringatan akan perlunya tanggung jawab dalam hidup. Motif "Asu" atau anjing bermakna kejujuran dan kesetiaan, "Tedong" yang berarti kerbau melambangkan pentingnya tabungan untuk masa depan, dan "Bai" yang berarti babi melambangkan kesejahteraan semua keturunan. Adapun "Pa'Manuk Londong" yang bergambar ayam melambangkan perlunya penyesuaian diri di Masyarakat.
Saat ini, masih banyak perajin yang mengandalkan bahan-bahan alami untuk membuat pewarna bagi ukirannya. Pewarna alami dipercaya memberi warna yang tidak bisa ditiru pewarna sintetis. Pewarna alami juga dapat melekat dengan lebih baik pada kayu. Untuk membuat pewarna alami itu, para perajin memiliki resep kuno dari nenek moyang mereka. Secara umum, bahan utamanya adalah tumbuhan. Ada pula yang mencampurnya dengan tanah lempung untuk memberi kesan warna yang beragam serta merekatkan pewarna pada kayu.
Walaupun internet sudah menjadi menu sehari-hari, masih banyak orang Indonesia bahkan dunia yang percaya akan ilmu-ilmu kuno yang berhubungan dengan bahasa alam. Istilah seperti Astrologi, Feng Sui, Primbon, dan Kartu Tarot tente sangat akrab bagi telinga anda. Pernahkah anda menggunakan primbon untuk menentukan hari baik dalam membangun rumah atau Feng Sui untuk menentukan arah hadap rumah, kamar, ataupun letak taman? Jika pernah dan hal-hal itu membuat anda merasa lebih nyaman, tidak ada salahnya anda memasang sebuah "Bai" dan "Pa' Bunga" agar rejeki dan nama baik anda menurun ke anak cucu anda. Selamat Memilih. (Roberto J. Setyabudi)
Sumber: dari berbagai sumber
2 komentar:
Keren bgt tuh desain teko-nya. :)
Kurre Sumanga' Siulu'
Posting Komentar